24 Desember 2008

Pahlawan, Pecinta dan Pembelajar

Let's Learn What We Have To Learn.


Semangat kepahalwanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang
menggerakkan segenap raga kita untuk menciptakan taman kehidupan yang
indah bagi diri kita dan orang lain. Tapi pembelajaran menuntun kita
untuk berjalan dengan cara yang benar pada peta jalan yang tepat menuju
ke sana.


Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang
mendorong kita untuk terus-menerus memberi, untuk berkontribusi tanpa
henti dalam menciptakan taman kehidupan yang indah itu. Tapi
pembelajaran menuntun kita untuk mengembangkan kapasitas diri kita, juga
tanpa henti, agar semangat memberi berbanding lurus dengan kemampuan
kita untuk memberi. Sebab mereka yang tidak punya apa-apa kata pepatah
Arab, takkan bisa memberi apa-apa.


Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang lahir
dari keikhlasan dan ketulusan niat, tumbuh berkembang dalam lingkungan
hati yang mulia dan luhur, mekar dan berbuah dalam rengkuhan jiwa yang
bajik dan bijak. Maka seluruh niatnya adalah kebajikan. Maka segala
cintanya adalah ketinggian. Tapi pembelajaran membingkai niat baik itu
denga cara yang benar dan tepat.


Maka berpadulah ketulusan dengan kebenaran. Maka bertautlah kebaikan
dengan ketepatan. Maka menyatulah keluhuran dengan keterarahan. Maka
bersamalah ketinggian cita dengan peta jalan yang terang benderang.


Begitulah pada mulanya pahlawan sejati menapaki tilas sejarah mereka.
Mereka mendengar panggilan sejarah yang diteriakkan oleh pekik nurani
mereka. Maka mereka terbangun, tersadar, lalu bergerak. Lalu datanglah
cinta meberi tenaga pada gerak mereka. Maka langkah kaki mereka menancap
kokoh di tapak sejarah, melaju secepat angin, kuat bertenaga bagai
badai. Tapi mereka menyadari makna waktu dalam aksi mereka; bahwa ada
keterbatasan waktu yang tidak bisa mereka kendalikan padahal cita mereka
teramat tingggi; bahwa memberi adalah proses yang tak boleh berhenti
seperti kompetisi marathon yang mensyaratkan nafas panjang. Mereka
memiliki sumber energi yang dahsyat, tapi mereka juga tahu bagaimana
mengelola energy itu untuk bisa menciptakan karya kehidupan yang
maksimal. Mereka menyadari bahwa mereka memiliki keterbatasan yang
rapuh, tetapi mereka juga tahu bagaimana mensiasati keterbatasan itu
untuk bisa tetap bertumbuh sampai ke puncak.
Sumber: taujih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar