12 Januari 2016

Belajar Bisnis

Satu frekuensi dengan suami menjadi rejeki tersendiri bagi istri. Pun sebaliknya. Ada yang merasakan hal serupa?

Senang karena obrolan semakin nyambung, diskusi semakin hangat meski kadang ya jadi panas juga. Hehe.

Jika ditanya, apa bisnisnya Esa? Jawaban saya saat ini, bisnis saya membantu menyediakan undangan pernikahan yang unik dengan sistem custom Pre-order.

Lho, bukannya Esa ini ownernya Belanja Keluarga?
Yap, saya tetap owner Belanja Keluarga hanya saja sekarang fokus di grosir dan hanya promo di grup. Itulah kenapa follower akun instagram @belanjakeluarga mentok followernya. Gapapa deh, yang penting tetep closing ya kan? Meski memang agak sulit untuk mencapai target penjualan per produk per hari karena tidak fokus.

Eh sebentar, trus kenapa jawabannya seperti yang di atas itu?
Sederhana aja kok. Saya sedang bantu di usahanya suami sebagai marketing. Bertanggung jawab dalam hal periklanan online. Hehe.

Kenapa kok jadi beralih?
Bukan beralih. Lebih tepatnya ingin fokus salah satu dulu. Belanja Keluarga masih bisa jalan tanpa promo dimanapun, cukup update di grup Kurma Bekel (KulakBersama Belanja Keluarga) yang merupakan grup grosiran khusus BeKel dan di grup Aroma (Aneka Grosir Murah) yang juga grup grosiran tapi ini join bareng temen lainnya.

Sedangkan jasa undangan pernikahan yang berada di bawah merk Aim Desain ini menjadi fokus utama sekarang karena saya secara pribadi (dan disetujui suami) ingin agar Aim Desain tahun 2016 ini menjadi perusahaan yang seattle dan autopilot. Tentu ini butuh effort dan fokus yang lebih dibanding Belanja Keluarga.

Akhir tahun kemarin kami berdua resmi menjadi bagian dari registered member komunitas TDA (Tangan di Atas) Bandung. Berbagai acara setelah peresmian member tersebut, membuka khazanah saya dan suami. Semakin paham bagaimana berbisnis dan bagaimana berkomunitas.
Kami merombak banyak hal di Aim Desain. Mulai berani hire pegawai yang bantu desain, menggaet kurir untuk segala urusan percetakan dan melirik berbagai opsi iklan dan perbaikan web.
Cape? Jujur memang capek. Apalagi ketika pesanan banyak tapi tidak dibarengi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai di bagian finishing. Alhamdulillah semakin kesini semakin banyak kemudahan. Apalagi setelah suami dapet materi Start Smart hari Senin kemarin.
Saya sendiri menjalani mentoring bisnis dan suami tidak bergabung. Meski agak sulit dalam hal komunikasi, tapi dengan berbekal nasihat dari mentor tentang “couplepreneur” membuat saya harus bisa melewati tahapan ini.

Nama Aim Desain dipilih bukan sekadar nama. Ada filosofi di balik nama itu. Perpaduan nama saya dan suami dengan harapan merk ini akan besar sekaligus menyatukan kami semakin lebih baik.
Aim Desain saat ini fokus ke cetak undangan baik itu untuk pernikahan maupun khitanan. Rasanya seneng banget setiap kali dapet testimoni positif dari klien yang memesan undangan di tempat kami.

Jika ada teman yang ingin nitip cetak kartu nama, brosur, label pengiriman dan hal-hal terkait cetak mencetak, insyaallah tetap dibantu karena salah satu niatan kami adalah membantu mereka yang membutuhkan jasa percetakan agar dapat terpenuhi dengan mudah. Meski demikian, untuk jasa di luar undangan kami tidak menyediakan jasa desain. Hanya cetak dan setting saja. Maklum, masih terbatas SDMnya, desainer baru ada 1 orang pegawe, bareng suami jadi 2 orang deh. Kurang banget ya. Hehe

Dalam memulai bisnis, tidak melulu dengan uang. Sistem pre order jasa undangan seperti ini cocok buat yang berjiwa entrepreneur tapi ga punya modal uang. Dari modal kemampuan gambar, iklankan lalu terima DP dari pesanan. Dari sana saja kita sudah dapat mulai bekerja dengan memanfaatkan kemampuan desain kita dan uang dari klien.

Di Aim Desain sendiri ada 3 termin pembayaran yakni 10% di awal untuk DP sekaligus pembuatan desain, kemudian 70% saat desain sudah disetujui lalu naik cetak. Sisanya 20% dilunasi saat undangan yang dipesan sudah siap kirim. Ongkos kirim (ongkir) ditanggung klien. Tapi sesekali kami berikan diskon ongkir bahkan free ongkir. Ini sudah dihitung pastinya. Jangan sampai malah tekor gara-gara ngasih bonus ini itu :D

So, berbicara tentang bisnis adalah berbicara tentang menjadi solusi atas permasalahan/kebutuhan orang lain. Dan pastikan semakin tersistem agar dapat menjadi perusahaan autopilot.

Warm regards,
Esa Puspita
esapuspita.com
Let's Learn What We Have To Learn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar